Jumat, 21 Agustus 2015

Cerpen *INIKAH KUTUKAN YANG TUHAN CIPTAKAN?*


Ayse zahrania husein. surabaya, 13 july 2003. Ya! Itu adalah sepenggal dari biodata gadis kecil yang baru saja beranjak 11tahun. Anak kedua dari tujuh bersaudara, yang katanya paling beda dari saudaranya yang lain. sayangnya hal itu juga terjadi padanya perbedaan ayse dengan saudara-saudaranya yang lain begitu terlihat berbeda. Warna kulit ayse terlihat lebih gelap dari saudaranya yanglain, tinggi badan ayse lebih kecil dari mereka. Ayse terlihat lebih buruk jika dibandingkan dengan saudaranya. Kehidupannya tak kalah kelam dari kondisi fisiknya. Ia kerap kali mendapat cemoohdan kritikan negatif dari oranglain, perlakuan yang berbeda dari orangtuanya serta seringkali di banding-bandingkan dengan saudaranya oleh orang lain. Tapi ia mempunyai akhlak yang sangat amat mulia, penyabar, cerdas dan ia tak pernah marah jika ada orang yang membandingkannya dengan saudaranya yang lain apalagi jika dibandingkan dengan salshabiela yakni kakaknya. Karena salsha begitu beruntung ia memiliki kehidupan yang terbilang mendekati sempurna, ia begitu cantik, disenangi dan didekati banyak pria. ia juga selalu dimanja oleh orangtuanya, apapun yang ia minta sekejap ia akan mendapatkannya, maklum anak pertama biasanya mendapat perlakuan lebih dari orangtuanya. Satu waktu salsha mengajak teman-teman sekolahnya untuk belajar bersama dirumahnya. Ketika sampai dirumah, Salah seorang teman salsha yang bernama gabriella mendadak ingin buang air kecil. lalu, ia melihat ayse yang sedang ditugaskan ibunya untuk mencuci piring.
               “nih... minum dulu deh sebelum belajar dimulai” kata salsha membawa minuman dan camilan untuk teman-temannya
“sha, yang lagi cuci piring itu anak pembantu kamu ya? Kasian banget sih, masih kecil udah disuruh kerja” tanya gabriella sembari menyeruput segelas jus jeruk
“pembantu? Aku gak pakai pembantu”
“loh.. trus anak kecil yang lagi cuci piring di dapur itu siapa?” dengan penasaran
“ooh.. itu namanya ayse, dia adik aku” katanya santai
“apa?!! Adik kamu? Kamu pasti bercanda kan?” tanyanya lagi seraya tak percaya
“iya beneran, dia adikku. Kenapa?”
“tapi kok..”
“iya, jika dibandingkan kita memang jauh berbeda, entah... semarah apa Tuhan padanya sampai ia mengutuk ayse seburuk itu” kata salsha lagi tak mengerti
“tapi adik-adik kamu yang lain ganteng dan cantik-cantik ko kayak kamu, kenapa dia beda banget ya?”ajeng-menilik satu persatu foto yang terpampang di dinding-dinding ruang tamunya
“iya.. Cuma dia doang yang paling beda, kadang-kadang kalo ada orang yang melihat kita berdua, mereka sering mengira aku sedang jalan bersama asistainku”
Kasian yaa”
***
Perhatian dari orangtua mereka memang kurang seimbang untuk ayse, mereka sering kali tak memperdulikan kondisi atau kesehatan ayse, yang terlihat dimata mereka hanyalah kecerobohan dan malasnya ayse, jika ayse melakukan kesalahan atau ketika ibunya sedang kerepotan memasak tiba-tiba adiknya menangis meminta digendong, ibunya sering sekali memarahi dan memukuli ayse dengan sapu hingga patah. Yang bisa ayse lakukan hanya menangis di sudut kamar ketika ia berusaha menahan sakitnya bekas luka itu. Saudara-saudara selalu berusaha tak mendekat ketika ayse sedang dimarahi alasannya karena takut terkena sasaran kemarahan ibunya. Mereka tak pernah peduli dengan keadaan ayse setelah disiksa ibunya. Tapi sialnya kali ini sania adiknya juga terkena omelan ibunya kenapa ia hanya diam melihat adiknya bungsunya merengek ingin digendong ibunya.
“gara-gara kakak! Aku jadi kena marah ibu!” kata sania menyalahkan ayse
“maafin kakak ya dik, kamu jadi kena lampiasan ibu”
“iya! Semudah itu kakak minta maaf? Kalo bikin salah tuh jangan bawa-bawa orang lain ka! Dasar bawa sial” teriak sania lagi
Hanya kata maaf dan maaf yang bisa ayse ucapkan, Ia hanya pasrah. Ayse sudah terlalu lelah jika ia harus ber adu mulut dengan sania, lagian jika sania berbuat tak sopan padanya, ia hanya mampu bersabar karena jika ia melawan atau memarahi sania maka sania akan berlari mengadu pada ibunya dan memarahi ayse.
“kenapa sih? Kakak harus terlahir gagal? Aku malu sama temen-temen saat mereka tau, aku punya kakak jelek dan gak berguna.” Lanjutnya lagi
Ayse tak pernah paham, mengapa Tuhan menakdirkannya seperti ini, ayse sering kali menyelipkan doa dalam salatnya, semoga orangtua dan keluarganya bisa sadar dan lebih menghargainya. Ia pun tak pernah lupa bertanya pada Tuhan lewat doanya itu. Apa kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan sewaktu kecil, ia tak akan pernah meminta dilahirkan jika ia hanya mendapat ejekan dari oranglain. Tapi ayse selalu berusaha untuk berpikir positif, mungkin dengan iya dicemooh oranglain itu akan membuat mereka bahagia karna ayse akan sangat bahagia jika oranglain bahagia karenanya sekalipun itu menyakitkan baginya seperti tersayat-sayat samurai yang baru diasah.
***
Suatu ketika ayse tak bangun sepagi biasanya, sudah pukul 07.00 pagi, tapi ayse masih meringkuk di tempat tidurnya. Tubuhnya menggigil, suhu tubuhnya sangat panas. Ayse jatuh sakit dan itu tentu akan membuat ibunya semakin repot dibuatnya. kalau ibu mengetahui hal ini, ia pasti akan sangat marah.
“AYSE!! AYSE!! Cepat bangun! Sudah siang kamu masih juga belum bangun. Dasar anak malas! Cepat bangun! Kalo kamu masih belum bangun juga, nanti ibu siram kamu” teriak ibu didapur yang sedang menyiapkan sarapan untuk putra dan putrinya
Kondisi ayse begitu lemah, ia tak mampu bangun. Lagi-lagi ia membuat kesalahan karena tak menuruti perintah ibunya.
Akhirnya sang ibu terpaksa harus menghampiri ayse dan membangunkannya secara paksa
            “ayse cepat bangun! Dasar anak malas”ujar ibunya lagi sembari mencubiti kaki ayse dengan keras
Ayse tetapi tak menghiraukan teriakan ibunya, sampai ibunya melihat bibir ayse yang memutih seperti kedinginan. Kemudian ibunya mengecek dahi ayse yang panas, tapi bukannya ia merasa sedih anaknya sakit, ia malah terlihat sangat marah.
            “kamu ini. Merepotkan saja! Pake sakit segala!”
Ayse tak bisa apa-apa, ia hanya bisa diam, akhirnya sang ibu harus membawanya kedokter. Dan hasilnya menyatakan bahwa ayse menderita tyfus karena terlalu sering kelelahan. Setelah itu mereka pulang, dengan terpaksa ibunya harus menahan amarah pada ayse dan merawatnya selama ia sakit. Satu bulan berlalu, ketika ayse mulai bosan karena lagi-lagi harus meminum obat-obatan yang begitu banyak, sampai suatu hari ketika ibunya sedang menemani dan menyuapinya untuk memium obat tiba-tiba saja ayse memuntahkannya kembali hal itu membuat sang ibu sangat marah padanya dan mencubitnya hingga membiru.
     “dasar! Anak tidak tau diuntung! Pembawa sial! Kamu pikir membeli obat pakai daun! Buang-buang uang tau tidak?!” teriak ibunya sembari menoyor ayse
         “maaf bu, ayse mual, obatnya sangat pahit”
      “siapa suruh sakit! Makanya, kalau main jangan berlebihan! Kalau sudah begini siapa yang repot?
Ayse lagi-lagi membisu seribu bahasa. Beberapa hari kemudian, kondisi ayse tak kunjung membaik malah semakin memburuk. Lalu ibunya kembali membawa ayse kedokter. Dokterpun menyatakan bahwa ayse juga menderita kanker darah atau yang biasa disebut leukimia. Jadi terpaksa ayse harus mendapatkan perawatan intensif, akhirnya ayse dirawat dirumah sakit. Melihat kondisi ayse yang sangat lemah tak berdaya ibunya pun menjadi merasa iba padanya, yang biasanya ibunya sering mengelusnya menggunakan rotan kini tangan kasarnaya berusaha mengusap wajah ayse dengan lembutnya. Seperti yang telah lama ayse rindukan dan impikan. Melihat ayse terbaring seperti ini membuat keluargannya menangis tak henti-hentinya merasa bersalah karena telah kasar padanya. Dalam tidurnya ayse sering sekali mengigau, bahwa ia melihat ada kuda berwarna putih dan sebuah kendaraan putih serta seseorang yang mengajaknya ikut. Tapi ayah dan ibunya langsung membisiki ayse untuk menolak jika diajaknya. Selang beberapa hari kondisi ayse mulai membaik, ibunya mengelap tubuhnya dan menggantikannya pakaiannya dengan pakaian kesukaannya yang berwarna putih. Dokter berkata bahwa esok ayse sudah diperbolehkan pulang tapi sebelum mereka pulang, pagi harinya tubuh ayse kembali panas, ia tak kunjung bangun, wajahnya menguning dan kondisinya sangat kritis. Sang ibu kembali membisiki ayse, bahwa ia berjanji tak akan memarahinya lagi. Ayse berjuang mempertahankan hidup karena impiannya telah terwujud, tapi kehendak Tuhan berkata lain, ia lebih sayang pada ayse, ia tak ingin penderitaan ayse berlanjut, ia menginginkan ayse segera disisinya dan memeluknya. keluarganya begitu terpukul dengan kenyataan ini, mereka sangat sedih karena tak sempat membahagiakan ayse. Ayse pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada hari jum’at dan kini ia mampu tersenyum bahagia bersama Tuhan.

SELESAI     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar